pertemuan

mungkin pertemuan kita adalah pertemuan paling aneh yang terjadi di dunia. mungkin Tuhan sedang bosan dengan ciptaannya waktu itu. ciptaan. kita. semua manusia yang melulu berceloteh tentang Dia. atau bahkan berteriak-teriak hingga serak di atas dipan berkarpet merah, dengan latar belakang kerlap-kerlip lampu. padahal semua. manusia, maksudku. tidak benar-benar mengenalNya. mungkin Tuhan pundung. hihi. aku meminjam istilahmu. pundung. tahu tidak? aku mulai menyukainya. dan menyebarkannya ke kelas-kelas. "Ah aku pundung ah." . "Kamu gitu aja pundung." pundung. pundung.

kembali ke pertemuan. yap. mungkin Tuhan sedang pundung waktu aku mengitari persimpangan yang sama. berjam-jam. bersandar pada pohon yang sama. mengeluhkan sesuatu yang sama. "Aku tersasar." di hutan. sendirian. tidak tahu jalan pulang. lalu mulai terlintas kecerdasan paling aneh juga. mengurut nama ibu. bapak di surga. dua adik lelaki yang hedonnya minta ampun. Cassandra. Reno. teman-temanku di Agribisnis. ibu warteg yang suka aku hutangi. semuanya. aku mengeja mereka. satu-satu. lalu berdoa minta maaf. ke Tuhan. kepada mereka. supaya saat aku mati di hutan nanti, aku tidak digondol singa. menjadi santapan paling mewah yang mereka makan.

lalu kamu datang. dari belakang. tiba-tiba. mengagetkan. kukira setan. kukira monyet gunung : dan ternyata itu julukanmu di kampus. monyet gunung :)

pertemuan kita tanpa perkenalan. aneh, kan? maksudku, kenapa aku harus membuntutimu? menyapa "Hello," kepada teman-temanmu. padahal kamu tidak jelas juntrungannya. kamu manusia atau bukan. kamu berasal dari kabut yang turun memekati Lembah Surya Kencana. kenapa aku harus mengikutimu? padahal tentang kamu saja, pengetahuanku nol besar.

"Aku selalu melihat punggungmu. Dan ransel merahmu yang banyak tambalan itu," sapamu akhirnya.

aku tidak bingung. kuanggap kamu salah orang. ternyata, aku yang salah.

waktu aku bilang mau pulang, kamu malah memalingkan tujuanku. pada kepulangan yang sebenarnya kurindukan. Puncak Gede. dengan edelweis yang merekah. melewati Tanjakan Setan yang memaksaku mempertunjukkan kelemahanku. aku menangis. dan ternyata ada kamu yang membantu mendorongku. aku makin menjerit.

lalu pertemuan kedua di Lembah Mandalawangi itu, aku tidak akan lupa.

masalahnya, kenapa harus kamu?

No comments:

Post a Comment