kabur

"Orang gila. Sarap!"

"Siapa?"

"Makin gila!"

"Siapa, sih, Cas?"

"Ya elo lah, Nandera!"

"Aku? Kenapa gila?"

"Naik gunung sendirian. Pakai ransel elo yang harusnya sudah dimakamkan. Stres."

"Tapi aku selamat, kan?"

"Dan gue hampir nggak selamat cariin elo. Gue hampir jantungan, Der. Dua hari nggak ada kabar. Tiba-tiba ada bunga aneh di kasur gue."

"Namanya Edelwies, Cas. Cantik, kan?"

"Boro-boro cantik. Wangi aja nggak."

"Tapi nggak akan mati loh. Kata teman aku, itu bunga abadi."

"Terserah. Kayaknya urat ketakutan elo yang udah mati. Elo nekat banget, sih, Sayang. Pamit-pamit kek kalau mau pergi. Biar telinga gue nggak panas diteleponin Reno terus."

"Iya ... iya ..."

"Tapi ..."

"Kenapa lagi?"

"Harusnya gue yang tanya, elo kenapa, sih?"

"Aku baik-baik aja."

"Nandera. Gue kenal elo. Lima tahun. Udah kayak gue ngenalin Astro."

"Ih masa aku disamakan dengan kucing obesitas kamu, sih?"

"Nah, makanya, sebenarnya elo kenapa? Suka menghilang tiba-tiba. Horor, tahu!"

"Lain kali aku pamitan, deh."

"Hhh. Ini tuh lebih dari pamit atau nggak pamit. Gue yakin banget."

"Sok tahu."

"Kan elo sendiri yang bilang gue Ratu Sok Tahu. Plis, Der, elo jangan out of topic begini. Ketahuan banget kamu sedang menghindar."

"Apaan, sih, Casty?"

"Hm ... kalau gue tanya, elo marah, nggak?"

"Tergantung."

"Aah, bodo amat deh elo mau marah atau nggak. Nanti juga baikan sendiri."

"Aku berangkat kuliah dulu, ya."

"Tuh, kan kabur lagi."

"..."

"Hubungan elo dengan Reno baik-baik aja, kan?"

"..."

"Nggak baik, Der? Benar, kan dugaan gue."

"Aku dan Reno baik-baik aja. Too much quality time antara aku dan dia. Apa yang bikin kita nggak baik-baik aja?"

"Terus kenapa elo seolah ... hm, apa, ya, menyembunyikan sesuatu? Dan lagi, pas gue telepon, tiba-tiba elo udah ada di Puncak Pas. Untuk apa jauh-jauh kesana demi secangkir teh dan pisang goreng, doang? Warung Bu Gayatri juga bisa. Delivery order lagi. Kenapa, Nandera? Ada yang sedang elo pikirkan?"

"..."

"Ada, kan? Cerita ke gue aja."

"Casty, aku udah telat, nih."

"Terserah, deh. Bukannya bersyukur ada yang perhatiin."

"Hhh ... Kapan-kapan ya, Cas. Aku benar-benar harus kabur dulu sekarang. Nggak akan lama, kok. Rumahku, kan disini."

Aku tahu ide kabur ini buruk. Tapi mau bagaimana lagi?

No comments:

Post a Comment