karat

Mereka bilang aku berharga. Tentu saja. Tapi ya tidak semua hal. Maksudku. Hah. Lupakan!

Aku dengan mudah menggerus dompet lelaki tambun di ujung lorong ini. Iya yang itu. Yang pusarnya menyembul di antara lubang kancing yang lupa (atau mungkin sengaja?) tidak dikunci. Biarkan saja. Toh aku tidak tertarik dengan bodong itu. Terlalu mencuat. Tak membuat penasaran. Satu-satunya yang tersihir oleh galian tambang kotoran di tengah gunung lemak itu ya si cina-cina centil itu. Sedari tadi cina centil itu mengamit lengan si pusar bodong. Menyodor bibir bergincu senja resahnya dengan manja. Meronta bagai pendemo istana dan meneriaki aku, si karat sang penguasa.
Hahahaha.
Tidak percaya? Hei bangun. Akulah yang mempertaruhkan percintaan jijik kalian. Akulah si taruhan yang mengakhiri takdir kalian ke dukun beranak atau penghulu kelurahan.
KALIAN??
Maksudku si pusar bodong dan cina centil itu. Jangan tersinggung gitu dong :)
Aku lebih berharga ketimbang tiruan donat emas yang melingkari jari manis mereka. Tanpa aku, cincin bukan siapa-siapa. Hahahaha!
Pedagang manapun tidak pernah lupa menuliskan bilanganku dan memamerkanku pada etalase-etalase yang jarang mereka bersihkan. Ya. Lebih berkilau namaku daripada kaca-kaca itu. Hihihi. Lagi-lagi aku di atas siapapun.

GEDEBUK! BYAR!!

Hei, siapa yang melempariku batu?! Tidak tahukah ia kalau aku penting? Bodoh!

Eh apa itu? Siapa manusia-manusia di seberang mall ini? Kenapa mereka terkapar di jalan? Kenapa mereka dikelilingi sejenisnya?

"Tolong ada orang mati. Tolong."
"Ambulan. Siapa saja. Panggil ambulan, goblok!"
"Yang aus yang aus."
"Tiga anak ini jatuh dari sana."
"Woi, jalan liat-liat dong!"
"Sepertinya pagar pembatasnya rusak. Karatan. Tak kuasa menahan sandaran mereka."
"Tinuuut tiinuuut."
"Mama, ada yang mati."

AARGH. Manusia berisik sekali! Kenapa sih? Kenapa namaku dibawa-bawa?

Eh. Tiga anak itu mati karena aku? Hihihihi. Aku. Aku. Dasar aku. Aku membunuh? Membuat tiga anak tak dikenal itu bagai artis Youtube? Hahahaha. Lagi-lagi aku di atas siapapun.

--

hei karat. ada Tuhan tahu?!
lah Tuhan kan bukan siapapun, melainkan segalanya. dasar kamu payah!